Trip gowes kali ini bertujuan ke curug malela. Trip curug malela yang rencananya sudah dari jauh2 hari akhirnya bisa diwujudkan. Lima goweser om boni, om nanang, om agus, om budi dan saya siap menuju curug malela.
Goweser ke Curug malela biasanya menggunakan jalur dari bandung. Kali ini kami mencoba start dari arah Cianjur. Menurut rute yang dibuat, menuju curug ini hanya sekitar 24km saja, hemat banyak kilometer bila kita start dari Bandung.
Berkumpul di stasiun Cibeber pukul 7 pagi kami berlima bersiap menuju trip eksplor curug malela. Dibawah sinar matahari pagi hari kami menyusuri perkampungan dan persawahanan. Entah kurang tidur atau kaget dengan sambutan tanjakan2 yang aduhai om nanang dan om budi mulai menunjukkan shock fisik. Om nanang terkena kram perut dan om budi terkena mual2. Sedangkan om agus dan om boni sedang on fire melibas tanjakan makadam dan semen.
Indahnya rute yang kami lewati membuat kami tak hentinya mengucap rasa syukur kepada maha pencipta. Tapi keindahan itu dibayar dengan tanjakan2 yang curam. Dari hasil review google earth rute yang kami lalui memang banyak membelah perbukitan. Tanjakan2 curam adalah ciri dari jalan2 perbukitan, tipe tanjakan semen tanah dan makadam adalah 'lauk' yg terhidang bagi kami selama perjalanan.
Memasuki 5km om agus yang awalnya onfire mulai kelelahan. Tanjakan makadam mulai mengrogoti staminanya dengan masif. Sambil bersenda gurau kami saling menyemangati untuk tetap fokus menuju curug malela. Satu persatu tanjakan kami selesaikan dengan bermacam gaya dengan bergumam dimanakah turunannya. Akhirnya desa pasir bentang kami lewati dengan gembira karena turunan yang panjang dan view yang indah. Pasir bentang adalah desa yang harus kami lewati sebelum menuju desa selanjutnya.
Memasuki kurang dari 10km dari curug malela, alhamdulillah semua peserta kembali on fire, mungkin karena hiburan turunan yang menggugah adrenalin. Tapi setelah inilah tanjakan2 super menunggu...dengan lebar 40-60cm tanjakan semen dan makadam silih berganti menguras emosi dan stamina. Syukurlah dijalur yang kami lewati banyak warung warga sehingga kami tidak khawatir kehabisan air. Curamnya tanjakan ini memaksa ttb berkali2 dan istirahat setiap 100m. Gilaa...edaan...sadis kata2 yang sering saya dengar selama menekuni satu demi satu tanjakan2 ini. Saya cuma bisa menghibur dengan kata-kata 5km lagi kok...hehehe
Entah terlalu asik menikmati jalan datar, rute shortcut yang harusnya bisa memangkas banyak waktu jadi terlewat. Setelah RC om boni bertanya penduduk sekitar dan vote peserta akhirnya kami setuju untuk memakai jalur memutar.
Menjelang azhar akhirnya kami tiba di pintu selamat datang curug malela. Ada yang membuat kami heran ternyata ada beberapa mobil berplat B terparkir disini. Melihat hancurnya jalan dan terpencilnya curug ini adalah mustahil memakai mobil selain tipe 4x4. Saya pikir bila akses jalan ke malela sudah bagus maka curug ini akan sangat ramai. Adanya sosial media dan keunikan dari curug malela itu sendiri mengundang banyak orang penasaran. Untung kami tiba sore hari jadi suasana di curug relatif sepi.
Banyaknya pelancong yang berwisata kesini membuat curug ini melakukan pembenahan. Upaya perbaikan anak tangga dan fasilitas umum saat ini sedang dikerjakan. Yang paling menyita perhatian saya adalah keberadaan tukang ojek yang bisa membawa wisatawan hingga ke spot curug. Turunan yang terjal dengan mudah mereka lalui bahkan membawa penumpang sekalipun. Mengingatkan saya akan kelincahan para petani sayuran yang sedang membawa berkarung2 kol saat sedang menuruni bukit.
Selesai berselfi ria dan turun naik ke tempat sepeda diparkir, kami mulai merencanakan perjalanan menuju pulang. Celakanya gps tool om boni hang alias kita tidak punya pedoman pulang menuju titik start. Waktu sudah pukul 16.30, benar2 time crisis bagi kami untuk kembali ke titik aman menuju pulang. Masalah rute pulang sudah saya antisipasi dengan membuat jalur backup yang sama dengan gps tool om boni. Untuk menuju pulang saya dipercayakan menjadi RC memimpin grup. Tanjakan yang bertubi2 saat berangkat pasti akan berbalas turunan yang panjang. Yap hanya butuh satu jam saja untuk kembali ketitik nol ketika tanjakan bertubi2 dimulai.
Sambil regrup dan mempersiapkan diri untuk perjalanan malam hari kami mulai menyusun formasi selama night ride. Belajar dari pengalaman saya sudah mengantisipasi hal ini dengan membawa lampu yang cukup terang.
Dengan diiringi azan maghrib kami mulai menuju rute pulang. Tiba dititik pertemuan antara rute berangkat dan pulang, hari mulai gelap. Dari titik ini masih sekitar 6km lagi menuju jalan raya. Seperti apakah tipe jalan yang akan kami lalui, rolling atau menanjak, pertanyaan ini terbesit dihati kami.
Untuk menenangkan hati sebelum melanjutkan perjalanan, kami melakukan ibadah shalat magrib dilanjutkan makan malam. Setelah berpamitan dengan warga dan sambil bertanya gambaran jalan pulang kami kembali menyusuri jalan pulang. Di iringi rasa was2 akan kejaran anjing penduduk kami mulai menapaki gelapnya malam. Jalan menuju pulang relatif lebar dan banyak melintasi perkampungan. Tapi secara tipe jalan inilah yang terkejam.... yap tipe tanjakan makadam lepas harus kami lewati satu demi satu. Walau lampu yang saya bawa cukup terang tetap saja tak banyak membantu melintasi jalur ini. Berkali hampir jatuh dan teman2 sudah cenderung tuntun sepeda. Lebih bijaksana bila kita berkompromi dengan jalan dibanding kita mengalami celaka dengan memaksa tetap menggowes dalam keadaan ini. Hp rusak, gps hang dan baut cleat yang lepas adalah rentetan cobaan menimpa om boni . Om budi dan om agus mulai running out stamina dan beruntung om nanang dan saya masih bisa mendampingi mereka yang mulai keteteran. Di perkampungan yang sepi berkali2 kami disapa warga yang terheran2 dengan lampu sepeda kami menembus kegelapan malam. Akhirnya kami bertemu dengan perkampungan terakhir...horee dalam hati saya karena tinggal berapa meter lagi adalah jalan raya.
Setelah makan baso dan melakukan persiapan menuruni jalan raya kami pun semangat kembali. Menuruni jalan raya yang gelap dan berkelok2 bukannya tanpa bahaya. Adanya pasir berserak dijalan dan kendaraan yang melintas menuntut kewaspadaan kami. Setelah berjuang dalam dinginnya angin malam akhirnya kami tiba di stasiun Cibeber.
Jam menunjukkan hampir jam 10 malam, hanya semangat ingin tiba dirumah yang tersisa dikami. Setelah mengantar om agus, kami pun beriringan pulang menuju jakarta. Alhamdulillah kami bisa menyelesaikan trip eksplor curug malela ini dengan baik tanpa ada kendala yang berarti.
|
indahnya indonesia |
|
melintas diantara persawahan |
|
jembatan urat nadi |
|
awesome |
|
foto keluarga |
|
titik start |
|
membelah persawahan |
|
tanjakan tanjakan bukit |
|
meliuk liuk diantara hutan pinus |
Untuk mengetahui lokasi curug malela, klik lokasi yang tertera di bawah.